KPPNBOJONEGORO – Sederet kuburan muncul di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Kompleks makam kuno tersebut muncul di tepi cekungan dan di tengah cekungan saat air surut. Lalu apa penyebab munculnya kompleks makam kuno di Waduk Gajah Mungkur? Lihat penjelasannya di bawah ini.

Air di tangki Wonogiri Gajah Mungkur (WGM) telah mengangkat di stasiun kering tahun ini. Makam kompleks yang biasanya ditutupi oleh air mulai melihat dari tengah tangki.

Dikutip KPPNBOJONEGORO, kompleks makam yang terlihat di tengah cekungan ini termasuk dalam wilayah WKPPNBOJONEGORO Desa Uryantoro Kecamatan Wuryantoro dan terletak sekitar 200 meter dari jalan desa. Di kompleks makam terdapat nisan-nisan yang tersebar dimana-mana. Batuan batunya ada yang masih utuh, ada pula yang rusak akibat erosi air.

Hampir semua kijing berwarna putih dan menyerupai batu. “Iya begitu. Kalau musim kemarau (kubur) muncul, musim hujan tidak muncul. “Mulai Agustus sampai sekarang (mulai surut),” kata Camat Wuryantoro, Seomardjono Fadjari.

Kuburan tersebut muncul di Waduk Gajah Mungkur (WGM) seiring surutnya air di waduk tersebut. Kuburan ini milik masyarakat sebelum proyek pembangunan WGM berlangsung.

Ketua Komisariat Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Wonogiri, Dennys Pradita mengatakan, lokasi makam sebelumnya merupakan kawasan pemukiman. Pada tahun 1970-an, warga direlokasi ke Sumatera akibat pembangunan WGM.

“Warganya sudah dipindahkan tapi kuburannya tetap ada. Kuburan yang baru ditinggalkan dari akhir tahun 1970-an (warga), Bedhol (desa). Jadi sebenarnya ini bukan makam kuno. “Itu sudah ada sejak tahun 1970-an,” ujarnya Selasa (9/12/2023).

Ia mengatakan, kuburan yang muncul di perairan WGM pada musim kemarau saat ini tidak hanya terjadi di satu tempat. Sebab dulu ada puluhan negara yang penduduknya dimutasi. Tentu saja setiap kota memiliki kuburan.

Diketahui, Waduk Gajah Mungkur atau WGM dibangun pada tahun 1978 dan mulai beroperasi pada tahun 1980. Saat itu, sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan Wonogiri harus direlokasi atau ditransmigrasi.

Menurut penelitian, kuburan dapat dilihat atau dilacak berdasarkan pasang surut air waduk. Ada yang muncul di pinggir waduk dan ada juga yang muncul di tengah-tengah waduk.

“Telah muncul puluhan makam yang bisa dilihat dari bulan dan saat air surut. Dulu ada pemukiman kuno, kawasan pertanian, sungai, dan bangunan umum. “Ada puluhan desa yang tenggelam,” jelas Ketua Komisariat Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Wonogiri, Dennys Pradita.

Saat air WGM surut akibat musim kemarau, muncul beberapa kompleks makam. Salah satunya terletak di kawasan WGM yang merupakan bagian dari kawasan Jaban, Desa Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.

Dennys mengatakan, selain Wuryantoro, kuburan yang muncul saat air di Waduk Gajah Mungkur surut juga ditemukan di Kecamatan Eromoko, Baturetno, dan Nguntoronadi. Pada tahun 1966 terjadi banjir di Sungai Bangawan Solo. Beberapa warga kemudian pindah ke lokasi lain. \”Akhirnya ada proyek pembangunan WGM yang memaksa banyak warga pindah. Sehingga menjadi pemukiman lama. Pembangunan WGM juga sebagian disebabkan oleh banjir tahun 1966, kata Dennys.